info@rijalulquran.or.id +62857-2748-4543

Ahlus Shuffah : Santri sejati di pelataran Nabawi

ahlus_shuffah

ahlus_shuffah

Ahlus Shuffah, sebuah nama yang sarat makna, merujuk pada sekelompok sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang istimewa. Mereka bukanlah orang-orang berkecukupan atau bangsawan, melainkan para fakir miskin, kebanyakan dari kaum Muhajirin, yang memilih untuk mengabdikan hidup sepenuhnya pada Islam. Mereka tidak memiliki tempat tinggal, harta, atau sanak saudara di Madinah. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ menempatkan mereka di sebuah teras beratap (disebut Shuffah) yang terletak di bagian belakang atau serambi Masjid Nabawi. Dengan demikian, mereka menjadi “tamu-tamu Islam” yang hidup di bawah pengawasan dan perhatian langsung dari Rasulullah ﷺ.

Kehidupan Ahlus Shuffah mengajarkan kita tentang puncak kesederhanaan dan fokus pada akhirat. Setiap hari, mereka menggunakan waktu luang mereka untuk belajar, menghafal Al-Qur’an dan hadis, serta beribadah. Mereka menyibukkan diri dengan menuntut ilmu dari sumbernya langsung—yakni Nabi Muhammad ﷺ, bukan sibuk dengan urusan duniawi. Inilah mengapa banyak di antara mereka, seperti Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, kemudian menjadi periwayat hadis terbanyak.

Sesungguhnya, meskipun hidup dalam kekurangan, para Ahlus Shuffah tidak pernah merasa terabaikan

Rasulullah ﷺ menunjukkan perhatian yang luar biasa kepada mereka. Beliau sering menjenguk, menanyakan kabar, bahkan mengundang mereka untuk makan bersama di rumah beliau. Meskipun hidangan yang tersedia juga sangat sederhana. Selain itu, beliau menganjurkan para Sahabat yang mampu untuk berbagi rezeki dengan mereka.

Hal ini sejalan dengan ajaran Islam tentang kepedulian sosial dan keutamaan bersedekah. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis yang shahih, Abu Hurairah pernah menceritakan keadaan Ahlus Shuffah yang kelaparan. Suatu hari, ia menahan lapar dengan mengikatkan batu di perutnya. Lalu, Rasulullah ﷺ memanggilnya dan meminta untuk membagikan susu kepada semua Ahlus Shuffah hingga mereka semua kenyang, meskipun susu itu terlihat sedikit. Setelah semua minum, barulah Rasulullah ﷺ dan Abu Hurairah meminum sisanya.

Kisah tentang Ahlus Shuffah memberikan pelajaran berharga bagi kita hari ini.

Pertama-tama, mereka membuktikan bahwa kemiskinan dan keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk mencapai derajat keilmuan dan kesalehan yang tinggi. Kedua, mereka menjadi cikal bakal dari sistem pendidikan Islam modern (seperti pondok pesantren), menunjukkan bahwa tempat tinggal dekat dengan pusat ibadah dan ilmu menjadi kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu.

Pada intinya, Ahlus Shuffah adalah simbol dari ketulusan dan zuhud (tidak terikat dunia). Mereka meninggalkan segala bentuk kemewahan dan kesenangan duniawi demi memperoleh ilmu agama dan ridha Allah SWT. Mereka merupakan bukti nyata dari sabda Nabi ﷺ:
“Sebaik-baik manusia adalah yang ada pada zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Para Ahlus Shuffah adalah generasi pertama yang hidup di masa Nabi ﷺ, mewujudkan idealisme seorang santri sejati: hidup bersahaja, tekun beribadah, dan mendalami ilmu agama secara langsung dari guru terbaik, Rasulullah ﷺ.

***

baca juga https://rijalulquran.or.id/2025/10/22/pesantren-tertua-di-indonesia/

Lorem Ipsum

About Author:

Muhibullah

STAY CONNECTED:

Leave Your Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Copyright © Rijalul Qur'an 2025, All Rights Reserved.